Selasa, 16 Juni 2009

Laporan Akhir PPL
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahklak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara. Kalau kita cermati pengertian diatas pertama; menegaskan bahwa dalam pendidikan hendaknya tercipta sebuah wadah dimana peserta didik bisa secara aktif mempertajam dan memunculkan ke permukaan potensi-potensinya sehingga menjadi kemampuan-kemampuan yang dimilikinya secara alamiah, kedua; pendidikan merupakan kontribusi yang sangat besar terhadap kemajuan suatu bangsa, dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan konstitusi serta sarana dalam membangun watak bangsa.
Pendidikan merupakan proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat bangsa. Sekolah merupakan sentral pendidikan formal dalam masyarakat yang mempunyai peranan penting dalam mengantarkan masyarakat (masyarakat belajar/siswa) ke arah kehidupan yang lebih baik sesuai dengan yang dicita-citakan.
Guru merupakan salah satu komponen penting dalam proses belajar mengajar di Sekolah, siswa sebagai salah satu komponen dalam proses belajar mengajar sering mengalami masalah. Salah satu tugas guru sebagai pendidik dalam hal ini adalah membantu siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapi sehingga diperlukan seorang guru yang profesional agar tujuan pendidikan dapat dicapai.
Dalam proses pembelajaran, guru memiliki dua peran yang tidak boleh ditinggalkan yaitu guru sebagai pengajar dan pendidik. Selain menyampaikan materi pelajaran juga sebagai fasilitator yang berarti membimbing, mengarahkan dan membantu mengembangkan pribadi anak didik menuju kearah kedewasaan dan prestasi belajar yang maksimal. Guru harus memahami dan mengetahui lebih dalam tentang keadaan, tingkah laku, latar belakang dan kesulitan atau permasalahan yang sedang dihadapi oleh siswa.
Dalam pelaksanaan proses kegiatan belajar mengajar pasti mengalami permasalahan-permasalahan yang timbul baik yang berasal dari proses kesuliatan belajar mengajar itu sendiri, dari guru maupun berasal dari siswa. Permasalahan yang dihadapi siswa merupakan masalah yang sangat penting harus diketahui guru yang sangat berpengaruh langsung terhadap keberhasilan siswa dalam studinya. Seorang guru dalam memberikan bantuan kepada anak didiknya harus memperhatikan aspek-aspek yang ada pada pribadi anak tersebut, antara lain bakatnya, kemampuannya, lingkungannya dan sebagainya, agar siswa yang diberi bantuan dapat menyelesaikan masalah yang dialami.
Untuk mencapai hasil yang maksimal terhadap upaya memberikan perhatian kepada siswa yang bermasalah tersebut, maka perlu adanya studi kasus pada kegiatan ini diangkat siswa yang bermasalah yang perlu mendapat perhatian dan pemecahan secara khusus. Selain itu pihak guru akan memberikan bantuan berupa saran dan nasehat yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi oleh siswa. Diharapkan dari kegiatan studi ini masalah yang dihadapi oleh siswa dapat terpecahkan atau setidaknya dapat dikurangi.
Pada studi kasus ini konseli mengalami kesulitan dalam belajar terutama pada pelajaran Matematika (pelajaran yang kurang disenangi). Berdasarkan latar belakang diatas maka praktikan tertarik untuk mengambil judul“Upaya Peningkatan Motivasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Melalui Layanan Bimbingan Siswa”

1.2 Pengertian Layanan Bimbingan Siswa
Layanan studi kasus merupakan upaya-upaya memahami dan mempelajarai keadaan individu sesuai seluk beluk anak serta keadaan yang sebenarnya dengan menggunakan berbagai macam teknik atau pendekatan-pendekatan tertentu terhadap siswa yang mengalami kesulitan belajar, khususnya kesulitan belajar dalam bidang studi
Berikut beberapa pendapat dari para ahli mengenai pengertian bimbingan antara lain:
1. Djumhur, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah (1975:27)
Bimbingan dan penyuluhan adalah suatu proses yang terus menerus dalam membantu perkembangan individu dalam membantu perkembangan individu dalam mencapai kemampuannya secara maksimal dalam mengarahkan pendapat yang sebesar-besarnya baik dirinya maupun masyarakat.
2. W. S. Winkel, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah (1977:12)
Bimbingan berarti pemberian bantuan kepada seseorang atau kepada sekelompok orang dalam membuat pilihan-pilihan secara bijaksana dan dalam meneyesuaikan diri terhadap tuntutan hidup.
3. Mortesen (1984), Konseling adalah suatu proses antara pribadi dimana satu orang yang satu dibantu oleh orang lainnya untuik meningkatkan pemahaman dan kecakapan menemukan masalahnya.
4. Partowisastro (1982 : 12). Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada seseorang agar mengembangka potensi-potensi yang dimilikinya, mengenalili pribadinya, mengatasi persoalan sehingga dapat menentukan sendiri jalan hidupnya secara tanggungjawab tanpa bergantung pada orang lain.
5. H. B dan A. C. English. Konseling adalah terjadinya proses bantuan agar klien dapat memecahkan masalah penyesuaian dirinya.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa layanan merupakan salah satu kegiatan untuk memberikan bantuan kepada seseorang yang bermasalah baik yang sifatnya berat maupun ringan, dalam hal ini layanan yang dilakukan guru terhadap siswa sebagai upaya peningkatan motifasi belajar yang pada akhirnya bisa memberikan konstribusi positif terhadap prestasi belajar siswa.
1.3 Tujuan Layanan Bimbingan Siswa
Tujuan yang ingin dicapai dari layanan studi kasus ini adalah sebagai berikut:
a. Tujuan Umum
1) Mengenal latar belakang pribadi siswa yang yang mempunyai permasalahan dalam bidang studi.
2) Membantu siswa dalam mengembangkan pengertian pemahaman diri.
3) Memahami dan menetapkan jenis, sifat, faktor-faktor dan alternatif serta pencegahan timbulnya masalah yang serupa.
b. Tujuan Khusus
1) Membantu mengatasi kesulitan dalam memahami diri siswa.
2) Membantu mengatasi kesulitan dalam memahami lingkungan.
3) Membantu mengatasi kesulitan dalam mengidentifikasi kesulitan belajar.
4) Membantu mengatasi kesulitan dalam belajar dan hubungan sosial
1.4 Pentingnya Layanan Bimbingan Siswa
Dengan adanya layanan studi kasus, diharapkan anak didik mampu memecahkan kesulitan yang dihadapi sehingga proses kegiatan belajar siswa dapat berjalan lebih efektif dan optimal, dapat meningkatkan prestasi belajarnya dan lebih semangat dalam belajar.
Layanan studi kasus ini dharapkan dapat memberikan manfaat kepada:
a. Siswa
Bagi siswa yang bermasalah (konseli) hasil layanan bimbingan studi kasus ini dapat digunakan untuk:
1) Mengenal dan memahami dirinya dengan baik
2) Memperoleh informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan prestasi belajar
b. Calon Guru
Bagi mahasiswa PPL sebagai calon guru, hasil dari layanan studi kasus ini dapat digunakan sebagai masukan agar nantinya dalam perencanaan kegiatan belajar mengajar dapat menunjang kehandalan dan keprofesionalan sebagai seorang guru.
c. Wali Kelas dan Guru BP
Bagi wali kelas dan guru BP dengan hasil layanan bimbingan studi kasus ini dapat memberikan informasi untuk dijadikan bahan masukan untuk membantu anak didik dalam memecahkan kesulitannya, sehingga dapat dijadikan upaya dalam menentukan alternatif terbaik guna meningkatkan prestasi anak didiknya.
d. Kepala Sekolah (sebagai koordinator)
1) Merupakan salah satu informasi tentang siswanya sehingga dapat digunakan sebagai landasan dalam menentukan kebijaksanaan tentang masalah siswa.
2) Bahan masukan dalam menentukan kebijaksanaan yang berkaitan dengan perencanaan dan pelaksanaan program bimbingan.
e. Orang Tua Siswa
1) Meringankan beban orang tua dalam memahami anaknya, sehingga mempermudah dalam mengendalikan dan membina anaknya maka tujuan pengajaran dapat tercapai dengan baik.
2) Meningkatkan komunikasi antara orang tua dan sekolah sehingga kesalahan/kekeliruan dalam mendidik anak dapat dihindari.
Sedangkan peran bimbingan dan penyuluhan dalam hal ini dapat di bagi menjadi empat peranan (Gunarsa: 2002:20) yaitu:
1. Berperan sebagai pencegah, yaitu membantu anak menemukan cara-cara untuk mengatasi persoalan yang mungkin akan mengarah pada penyimpangan perkembangan mental, tekanan jiwa maupun timbulnya kelainan pada diri anak
2. Berperan Memelihara anak sebagai pribadi yang sudah mencapai perkembangan baik keseimbangan emosi maupun keserasian kepribadian anak
3. Berperan dalam membantu pembentukan penyesuain diri, yakni dengan jalan membantu anak menghadapi, memahami dan memecahkan masalah untuk mencapai hasil yang optimal baik dalam jenjang karir maupun dalam hubungan sosial
4. Berperan memperbaiki atau menyembuhkan bila terjadi penyimpangan atau kesulitan yang memerlukan bantuan, maka konselor dapat membantu mencari atau memecahkan permaalahannya.
1.5 Metode Pengumpulan Data
Agar dapat memecahkan masalah dengan baik, maka diperlukan teknik pengumpulan data yang tepat dan relevan. Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam layanan studi kasus ini adalah sebagai berikut:
a. Angket
Merupakan teknik pengumpulan data yang berupa suatu daftar berisi pernyataan-pernyataan yang harus dijawab dan dikerjakan oleh siswa. Dalam hal ini adalah konseli yang telah dipilih oleh penulis. Konseli diharapkan menjawab pertanyaan yang menyangkut tentang identitas siswa, identitas keluarga dan jumlah saudara.
b. Observasi
Metode ini dilakukan dengan cara mengamati keadaan, sikap dan tingkah laku yang dilakukan siswa dikelas maupun diluar sekolah.
c. Wawancara
Merupakan teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan wawancara secara langsung maupun tidak langsung dengan konseli dan permasalah-permasalahan yang dihadapinya.
d. Problem Check List
Metode ini merupakan rangkaian dari angket yang telah diberikan sebelumnya. Metode ini lebih merinci masalah kesulitan yang dihadapi siswa yang telah diungkapkan dalam satu angket.
e. Studi Dokumenter
Studi dokumenter adalah kegiatan mempelajari data siswa dengan melihat dukomen yang ada disekolah, misalnya dengan melihat buku induk sekolah, raport, surat keterangan dan sebagainya (Hayinah, 1998). Berdasarkan studi dokumenter dan raport klien, nilai PKn pada raport konseli adalah 49(dibawah SKM, nilai SKM = 75).
1.6 Alasan Pemilihan Klien/Konseli
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan praktikan terhadap konseli, didapatkan, konseli menunjukkan gejala-gejala sebagai berikut:
a. Konseli kurang memperhatikan pada saat guru menerangkan terutama pada mata pelajaran PKn.
b. Konseli terkadang mengobrol didalam kelas
c. Konseli sering menyandarkan kepala di atas meja sambil memukul meja didalam kelas
d. Apabila diberi tugas tidak pernah dikerjakan
e. Konseli sering kurang konsentrasi dalam menerima pelajaran di kelas.
Dari gejala-gejala yang ditunjukkan oleh konseli, maka penulis menetapkan bahwa yang patut dijadikan konseli adalah siswa kelas VII. Padahal konseli termasuk anak yang responsif. Hal ini didukung dengan hasil wawancara guru di kelas, maupun dengan teman sekelasnya. Dalam proses belajar mengajar konseli tergolong siswa yang antusias.
Oleh penulis masalah konseli dikaitkan dengan kondisi kelas yang kurang kondusif. Dalam hal pergaulan konseli termasuk anak yang supel, hanya saja konseli sering meremehkan pelajaran khususnya mata pelajaran PKn, sehingga bila ada ulangan nilai konseli sering di bawah SKM(nilai SKM = 72) yaitu 35. Oleh karena itu patutlah siswa tersebut dijadikan konseli dengan harapan praktikan dapat memberikan bantuan kepada konseli dalam meningkatkan prestasi belajarnya.



1.7 Konfidensialitas
Mengingat data yang ditulis disini bersifat rahasia dan sesuai dengan kode etik konselor sekolah, maka nama dan identitas lain yang berhubungan dengan klien dibuat fiktif dengan tujuan agar tidak merasa malu atau dirugikan akibat diketahui oleh pihak-pihak yang tidak berkepentingan.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Identifikasi Kasus
Identifikasi kasus adalah suatu usaha untuk mencari, menetapkan dan mendapatkan siswa mana yang tergolong mengalami kesulitan, dalam hal ini klien adalah siswa kelas VIII-B. Kasus ini ditemukan berdasarkan hasil observasi di kelas. Berdasarkan data yang diperoleh konseli mengalami kesulitan belajar karena konseli kurang berkonsentrasi pada waktu belajar, kesulitan menemukan cara belajar yang tepat, dan sulit mengatur waktu.
a. Data Pribadi Siswa
Nama : Windy Kiswha Chalendra
Nama panggilan : Windy
Tempat tanggal lahir : Malang, 13 Maret 1996
Alamat : Jl. Aji Mustofa No.79 Rt 02/04 Torongrejo Batu
Agama : Islam
Anak ke : 1 (satu)
b. Orang Tua
Nama Ayah : Cahyo P.
Tempat tanggal lahir : Tulungagung ;...
Alamat : Jl. Aji Mustofa No.79 Rt 02/04 Torongrejo Batu
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : Sarjana
Pekerjaan : Karyawan Rumah Sakit
Nama Ibu : Sulin
Tempat tanggal lahir : Malang ;...
Alamat : Jl. Aji Mustofa No.79 Rt 02/04 Torongrejo Batu
Pendidikan terakhir : SMP
Pekerjaan : Pedagang
c. Cita-cita dan kegiatan sehari-hari konseli
Cita-cita : Ingin Menjadi Polri
Lama belajar : 1½ Jam yaitu dari pukul 16.00 – 17.45
Hobi : Olah raga (Basket Ball)
d. Kebiasaan Belajar
Waktu Belajar : Pukul 16.00 - 17.45 WIB
Yang membantu belajar : Bapak dan Ibu
Tempat belajar : punya kamar sendiri dan lampu cukup terang
Peralatan belajar : Cukup lengkap
Minat belajar : Cukup
Sering keluar kelas : Sering
Sering bolos : Jarang
e. Hubungan konseli dengan teman
Jumlah Teman : cukup
Sering diabaikan teman : tidak
Sering bekerjasama : iya
f. Kesehatan konseli
Mata : Tidak Normal/sering terganggu
Telinga : Normal/baik
Pembicaraan : Lancar
Warna Kulit : Sawo matang
Hidung : Normal/baik
g. Masalah yang dialami dirumah
Konseli mengalami kesulitan dalam belajar karena konseli sering malas dan waktu banyak di pergunakan untuk menonton televisi dan sering meremehkan mata pelajaran khususnya PKn. Terkadang konseli merasa kesulitan menentukan cara belajar yang tepat dan sulit mengatur waktu.
h. Masalah dalam belajar
Konseli sering kali malas untuk mempelajari kembali materi yang diajarkan oleh guru karena konseli lebih suka membaca atau mempelajari buku cerita, konsentrasi sering hilang dengan tiba-tiba dan pada waktu ulangan konseli sering mendapatkan nilai yang kurang memuaskan karena konseli tergesa-gesa dan kurang teliti dalam mengerjakan.
2.2 Metode Penyelidikan Kasus
Dalam usaha membantu memecahkan masalah yang dihadapi konseli, digunakan beberapa langkah kegiatan bantuan kepada konseli yang mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah sehingga tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar konseli yang meliputi beberapa tahapan, yaitu:

1. Tahap Analisis
Analisi data merupakan metode pengumpulan data tentang pribadi dan lingkungan konseli. Ada beberapa tahapan dalam metode ini, yaitu
a. Observasi
Berdasarkan hasil observasi terhadap konseli di lingkungan sekolah adalah:
- Konseli sering tidak berkonsentrasi dalam proses belajar mengajar.
- Konseli sering kali meremehkan mata pelajaran khususnya mata pelajaran PKn.
- Pada subbab mata pelajaran tertentu konseli sering kali tidak mengerti, karena konseli tidak memperhatikan saat guru menerangkan di kelas.
- Konseli sering merasa bosan dalam menerima pelajaran khususnya PKn, karena konseli menganggap remeh mata pelajaran tersebut.
b. Problem Check List
Metode ini merupakan rangkaian dari angket yang telah diberikan sebelumnya. Metode ini lebih merinci masalah kesulitan yang dihadapi siswa yang telah diungkapkan dalam satu angket. Tujuannya agar konseling memiliki pemahaman terhadap masalah yang sedang dihadapi. Dari hasil problem check list diperoleh data sebagai berikut:
1. Kesehatan
- Kadang-kadang merasa ngantuk
- Mata sering terganggu
- Pemandangan kurang jelas
2. Keadaan kehidupan sehari-hari (kehidupan sosial)
- Merasa mudah tersinggung
3. Rumah dan keluarga
- Konseli merupakan anak pertama dan tidak memiliki saudara
- Konseli tinggal bersama orang tua
- Ayah keras sifatnya
- Ada anggota keluarga yang saya rindukan
4. Agama dan moral
- Sulit melaksanakan ibadah secara teratur
- Sering mengingkari janji
- Sering merasa berdosa
5. Rekreasi, olahraga, dan Hobby
- Suka nonton film (sukar membatasi nonton Film)
- Suka bermain Basket
- Lebih suka membaca buku hiburan
- Pelajaran terganggu karena hobby
6. Kebiasaan Belajar
- Saya mempunyai waktu yang cukup untuk belajar dirumah
- Saya belajar kalau ada ulangan
- Saya mempunyai jadwal atau waktu belajar
- Ada kamar belajar sendiri di rumah
- Suara bising dijalan sering menggangu belajar saya
- Saya tidak biasa tidur siang
- Saya tidak merencanakan bahan apa yang saya akan pelajari
- Ada beberapa pelajaran yang sulit saya ikuti
- Saya bisa mengikuti sistem pendidikan disekolah ini
- Alat di sekolah sangat membantu saya
- Buku pelajaran saya cukup lengkap
- Saya tidak begitu senang baca buku0buku yang ada di perpustakaan
- Kadang-kadang saya bertanya pada guru tentang pelajaran
- Kadang-kadang saya bertanya atau berdiskusi dengan teman tentang pelajaran
7. Penggunaan Waktu
- Konseli tidak dapat memanfaatkan waktu luang
- Konseli tidak dapat membagi waktu belajar
8. Ulangan / Tes
- Sering kurang siap menghadapi ulangan/tes
- Sering kurang yakin terhadap pikiran sendiri
- Saya suka belajar sambil tidur
- Orang tua memberi kesempatan untuk belajar
- Sering menghentikan belajar karena tertarik pada TV
- Kurang teliti dalam mengerjakan tes

9. Ekonomi
Klien merasa ekonominya tidak ada masalah. Penghasilan orang tua mencukupi untuk keperluan sekolah
10. masalah muda – mudi
- Merasa mulai mencintai seseorang
- Klien dilarang pacaran oleh orang tuanya
c. Wawancara
Berdasaran hasil wawancara dengan konseling adalah sebagai berikut:
- Konseling belum bisa memahami arti belajar dengan baik.
- Sulit berkonsentrasi dalam pelajaran di kelas.
- Kurangnya perhatian dari orang tua terhadap cara belajar konseling di rumah.
- Konseling sering belajar sendiri di rumah.
- Konseling tidak dapat memanfaatkan waktu dengan baik.
- Konseling sering merasa malas untuk belajar mata pelajaran yang kurang diminati.
- Klien sering meninggalkan pelajaran hanya untuk menonton TV
d Dokumentasi
Data dokumentasi diperoleh dari prestasi belajar konseli pada saat mengikuti ulangan harian dan mengerjakan tugas-tugas pelajaran. Dilihat dari segi prestasinya, untuk nilai ulangan harian pertama dan kedua nilai PKn’nya adalah 35 pada ulangan pertama, 65 pada ulangan kedua.
2. Diagnosis
Diagnosis merupakan tahap penginterprestasian data dalam bentuk pengungkapan problem yang dialami siswa bermasalah. Adapun tujuan diadakannya diagnosis ini adalah untuk menemukan dan menentukan penyebab masalah yang dihadapi konseli sehingga diperoleh pemahaman yang menyeluruh tentang hakekat masalah yang dihadapi oleh konseli.
Pada tahap ini ada dua langkah yang dilakukan praktikan, yaitu:
1) Identifikasi masalah
Langkah ini dimaksudkan untuk menentukan jenis masalah siswa dengan cara menjabarkan masalah yang dihadapi siswa berdasarkan data yang ada secara terperinci menurut klasifikasi masalah.
Setelah praktikan melakukan observasi ternyata konseli merasa dirinya pintar dan sering meremehkan mata pelajaran PKn. Konseli juga sering ngobrol dengan temannya dan kurang berkonsentrasi sehingga konseli sering tidak memperhatikan guru ketika menjelaskan mata pelajaran yang diajarkan.
Berdasarkan data dari konseli dengan memberikan angket berisikan tentang problem check terlihat bahwa klien dalam proses belajar mengajar adalah siswa yang aktif pada pelajaran tertentu. Keadaan keluarga juga relatif bagus dan tidak ada masalah.
2) Etiologi
Etiologi merupakan usaha untuk mencari faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya masalah. Dari hasil analisis permasalahan (hasil interprestasi data dari peoblem check list) dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya permasalahan dalam diri konseli adalah sebagai berikut:
- Konseli sulit menentukan cara belajar
- Kurang berkonsentrasi dalam pelajaran di kelas
- Sifat orang tua terhadap konseli keras
- Konseli sering ngobrol bila pelajaran berlangsung
- Konseli sering meremehkan mata pelajaran yang guru ajarkan
- Konseli tidak bisa membagi waktu belajarnya
3. Prognosis
Prognosis adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mencari alternatif yang terbaik dalam mengatasi masalah yang dihadapi Konseli. Prognosis ini bertujuan untuk mempelajari kemungkinan yang terjadi apabila konseli tidak segera mendapatkan bantuan atau bimbingan atau sebaliknya segera memperoleh bantuan atau bimbingan.
Berdasarkan identifikasi masalah yang dihadapi konseli, maka prognosisnya adalah sebagai berikut:
a. Jika tidak segera dibantu
- Konseli akan sulit memperoleh nilai rata-rata yang sama atau bahkan meningkat pada waktu yang akan datang.
b. Jika segera dibantu
- Konseli akan senang belajar dan akan lebih berkonsentrasi pada pelajaran PKn.
- Konseli akan berpengaruh pada kelasnya. Kemungkinan apabila ada penanganan yang serius maka kelas yang dahulunya kurang kondusif dapat berubah menjadi kelas yang kondusif.

2.3 Usaha Usaha Pemberian Bantuan (Treatment)
Usaha pemberian bantuan atau treatment adalah langkah inti dari studi kasus. Langkah ini bertujuan agar konseling dapat mengatasi kesulitan belajar yang sedang dihadapi sekaligus agar mendapat prestasi yang optimal.
1. Bantuan Yang Diberikan
Sesuai dengan jenis, sifat dan latar belakang masalah rencana pemberian bantuan yang bisa diberikan adalah sebagai berikut
a. Melalui Wawancara Konseling
Dalam teknik ini pemberian bantuan dilakukan dalam bentuk hubungan yang bersifat face to face, yang dilakukan antara praktikan dengan Konseli. Layanan konseling ini bertujuan membantu konseli dalam memecahkan masalah yang dihadapinya. Dengan penyuluhan ini diharapkan terjadi perubahan yang konstruktif pada konseli.
Layanan konseling ini dilakukan agar konseli mengenal dirinya dan lingkungannya sehingga konseli mengambil keputusan yang memuaskan bagi dirinya.
b. Bantuan yang diberikan berkaitan dengan permasalahan yang klien hadapi, pemberian bantuan penyuluhan tersebut berupa
1. Berhubungan dengan lingkungan, yaitu klien harus bisa mengendalikan diri saat di kelas sehingga proses belajar mengajar bisa berlangsung dengan lancar tanpa ada keributan yang disebabkan klien mengajak bicara temannya
2. Memberikan saran-saran dan pengarahan agar klien berusaha belajar dengan lebih giat lagi dan dapat memanfaatkan waktu dengan baik , bisa mengurangi waktu untuk menonton TV dan bermain
3. Menyarankan klien agar membuat jadwal kegiatan kesehariannya agar waktunya tidak terbuang dengan percuma
4. Memberikan saran agar klien mengadakan pelajaran bersamaatau kelompok dengan teman-temannya yang lebih menguasai materi
5. Mengadakan pendekatan bimbingan dengan baik kepada klien agar dapat mengurangi kebosanan klien terhadap pelajaran khususnya PKn
c. Bimbingan cara membagi waktu kegiatan sehari-hari
Memberikan bimbingan bagaimana membagi waktu yang benar, sehingga siswa dapat belajar dengan waktu yang cukup.
d. Remidial Teaching
Dilakukan karena nilai konseli kurang dari SKM (nilai SKM = 72) yaitu 35. biasanya dilakukan pada waktu jam remidi . Hal ini supaya konseli mendapatkan nilai yang diharapkan. Materi yang disampaikan adalah materi-materi yang dapat dipahami oleh siswa.


e. Pelimpahan
Pelimpahan dilakukan apabila praktikan sudah tidak dapat membantu menyelesaikan permasalahan konseli, diharapkan konseli tetap dapat mengembangkan potensi belajarnya.
d. Home Visit
Home visit merupakan kunjungan praktikan ke rumah konseli. Hal ini merupakan usaha praktikan untuk mengetahui kondisi keluarga konseli.
2. Bantuan yang belum terlaksana
Berdasarkan yang telah dikemukakan diatas, maka pemberian bantuan yang belum terlaksana adalah sebagai berikut:
a) Pelimpahan
Pelimpahan tidak dapat dilaksanakan oleh praktikan dikarenakan praktikan sudah dapat membimbing konseli sehingga bimbingan ini dirasa tidak diperlukan.
b) Home Visit
Mengingat keterbatasan waktu yang diberikan dalam menyelesaiakn laporan layanan studi kasus kesulitan belajar bidang studi maka home visit belum dapat dilakukan.
3. Follow UP
Follow Up adalah usaha yang dilakukan oleh praktikan untuk mengikuti perkembangan klien setelah melakukan keputusan sendiri untuk bertindak. Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengetahui keberhasilan diagnostik kesulitan belajar dan usaha bantuan yang diberikan.
Langkah yang diambil adalah:
a) Penilaian
Konseli sudah mulai mengalami peningkatan dalam mengikuti pelajaran di kelas terutama dalam pelajaran PKn. Konseli sudah mau berkonsentrasi dan memperhatikan saat guru menerangkan di depan kelas.
b) Wawancara
Dari hasil wawancara konseli sudah dapat membagi waktu belajar dengan baik.
c) Observasi
Selama kegiatan belajar mengajar berlangsung konseli sudah bersemangat dalam mengikuti mata pelajaran PKn di kelas.
d) Membagi tugas dan peranan dengan orang-orang tertentu (guru dan wali kelas) dalam memberikan bantuan kepada konseli agar konseli dapat melakukan perubahan ke arah yang lebih baik.
e) Senantiasa mengecek lagi (re-check) kemajuan konseli berkaitan dengan pemahaman konseli terhadap bantuan yang diberikan, yang berupa pemahaman pengajaran maupun mengecek ketepatgunaan program pengajaran yang dilaksanakan.
Berdasarkan langkah-langkah yang dilakukan praktikan terhadap konseli, bahwa nilai ulangan harian konseli semakin meningkat (terlihat pada lampiran). Karena keterbatasan waktu selama praktek di lapangan, maka praktikan tidak dapat melakukan layanan bimbingan studi kasus secara optimal dan tidak dapat melakukan rencana bantuan yang diberikan. Karena itulah untuk mengoptimalkan dan untuk mengetahui perkembangan konseli selanjutnya, usaha yang dapat dilakukan adalah melimpahkan kepada Guru mata pelajaran, konselor dan Wali kelas.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan data-data dan langkah-langlah yang dilakukan praktikan menunjukkan bahwa bimbingan belajar yang efektif sangat penting adanya bagi konseli, agar konseli dapat meningkatkan prestasi belajarnya secara optimal.
Dari bimbingan belajar yang praktikan lakukan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:
a. Dalam rangka mencapai hasil belajar yang maksimal banyak sekali faktor-faktor yang menghambat baik yang bersifat intern maupun ekstern.
b. Untuk menemukan alternatif pemecahan suatu masalah harus dilaksanakan secar terencana.
c. Seorang guru hendaknya tidak hanya menyampaikan materi pelajaran saja, tetapi juga harus mengetahui perkembangan siswa, masalah-masalah yang dihadapi siswa, dan dapat membantu mengatasi masalah tersebut.
d. Proses belajar mengajar yang dilaksanakan sekolah memerlukan kerjasama yang baik antara sekolah, guru, orang tua dan masyarakat.
e. Layanan bimbingan siswa adalah upaya memahami dan menetapkan siswa yang mengalami kesulitan belajar dengan kegiatan mengidentifikasi, mendiagnosis, dan memberikan pertimbangan pemecahan masalah
f. Layanan bimbingan ini akan berhasil dengan baik apabila ada peran aktif dari klien untuk berusaha bersungguh-sungguh menyelesaikan masalah dalam kesulitan belajarnya serta didukung oleh partisipasi orang tua, guru, wali kelas dan lingkungan siswa atau lingkungan sekolah.
3.2 Saran-saran
Dari hasil analisis layanan bimbingan siswa ini, praktikan menyarankan:
a. Kepada Konseli
§ Konseli diharapkan mampu membagi waktu secara tepat untuk kepentingan balajar dan bermain, sehingga semuanya dapat berjalan dengan baik.
§ Saat pembelajaran berlangsung dikelas sebaiknya jangan terpengaruh oleh teman yang mengajak bercanda sehingga konsentrasi dalam memahami materi tetap terjaga
§ Ingat akan cita-cita dan harapan orang tua, agar semangat belajar klien semakin meningkat
b. Kepada Guru/Wali Kelas
Guru harus mampu memberikan perhatian yang merata kepada siswa di kelas, terutama siswa yang menghadapi permasalahan. Guru hendaknya menjadi mitra BP untuk memberikan bantuan pengarahan yang berkaitan dengan cara belajar yang baik dan efisien dan menekankan pada pentingnya pendidikan masa depan anak didik.
c. Kepada BK
Petugas BK diharapkan selalu menjalin komunikasi dengan siswa sehingga dapat mengetahui perkembangan siswa yang telah mendapat bantuan. Secara umum BK diharapkan menjadi penghubung antara siswa, guru, dan orang tua sehingga permasalahan siswa dapat dengan cepat diketahui dan dengan segera diselesaikan.
d. Kepada Orang Tua
Orang tua hendaknya terus memberi dorongan kepada anaknya untuk terus berprestasi dan selalu mengontrol anaknya. Selan itu orang tua hendaknya menjalin kerjasama dengan sekolah sehingga mengetahui perkembangan anak di sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Djumhur. 1975. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Bandung : CV. Ilmu.
Hayinah. 1992/1993. Masalah Belajar dan Bimbingan. Malang: Depdikbud Malang, Proyek OFF.
Tim PPL-FKIP. 2006. Pedoman Program Pengalaman Lapangan. Malang : Unit PPL.
Winkel, Ws. 1977. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Jakarta : Gramedia.
Widada dan Hidayah, Nur. 1997/1998. Manajemen Bimbingan dan Konseling. Malang : IKIP Malang.
Abdullatif. 2007. Pendidikan Berbasis Nilai Kemasyarakatan. Bandung : Refika Aditama.

























Tidak ada komentar: