Senin, 30 November 2009

TOTAL QUALITY MANAGEMENT DALAM PENDIDIKAN TINGGI DI INDONESIA

I. Pendahuluan
Perkembangan masyarakat yang semakin kompetitif menuntut setiap orang untuk berkompetisi secara sehat. Demikian halnya dengan sebuah lembaga termasuk lembaga pendidikan kompetisi untuk merebut pasar menuntut setiap lembaga untuk mengedepankan kualitas dalam proses manajerialnya dan pembelajarannya. Dalam kaitannya dengan persoalan kualitas ini, sekarang telah berkembang sebuah pendekatan, khususnya dalam proses menejerial, yaitu apa yang disebut Total Quality Manajemen (TQM).
TQM dapat digunakan untuk menggambarkan dua gagasan yang agak berbeda tetapi saling berkaitan. Pertama, adalah filsafat perbaikan terus menerus. Kedua, arti yang saling berkaitan menggunakan TQM untuk menggambarkan alat dan teknik, seperti brainstorming dan analisis lapangan, dimana digunakan untuk meletakkan perbaikan kualitas ke dalam tindakan. TQM baik dalam konteks pikiran ataupun aktivitas praktis merupakan sikap dari pikiran dan metode perbaikan terus menerus .
Tulisan ini akan memaparkan seputar pendekatan Total Quality Management (TQM) dalam pendidikan. Secara sistematis, pemaparan akan difokuskan pada beberapa aspek, atara lain; pengertian dan beberapa pandangan mengenai Total Quality Management (TQM), TQM dalam pendidikan, implementasi TQM dalam pendidikan.
II. Pengertian dan Beberapa Pandangan Tentang TQM
Untuk memahami Total Quality Management, terlebih dahulu perlu dijabarkan pengertian kualitas (quality), kualitas terpadu (Total Quality) dan manajemen kualitas terpadu (Total Quality Management).
A. Kualitas (Quality)
Istilah kualitas menjadi menderita karena sering digunakan untuk menggambarkan lambang-lambang seperti; kecantikan, kebaikan, kemahalan, kesegaran dan di atas semua itu, kemewahan. Karena itu, kualitas menjadi konsep yang sulit dimengerti dan hampir tidak mungkin ditangani. Bagaimana mungkin menangani sesuatu yang tidak jelas dan mempunyai arti demikian banyak .
Kualitas (quality) sering disama artikan dengan mutu. Kualitas sebenarnya telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, sampai sekarang, baik di dunia industri barang atau industri jasa, belum ada definisi yang sama tentang kualitas. Goetsch dan Davis mengibaratkan bahwa kualitas itu seperti halnya pornografi, yaitu sulit didefinisikan, tetapi fenomenanya atau tanda-tandanya dapat dilihat dan dirasakan dalam kehidupan nyata .
Setiap orang dan organisasi memiliki pengertian kualitas yang berbeda-beda. Misalnya Fred Smith, CEO General Expres mengartikan kualitas adalah kinerja standar yang diharapkan oleh pemakai produk atau jasa (customer). Menurut General Servis Administration (GSA) kualitas adalah pertemuan kebutuhan customer pada awal mula dan setiap saat. Sementara menurut W. Edward Deming, salah seorang pioner kualitas menyatakan bahwa kualitas itu memiliki banyak kriteria yang selalu berubah. Namun demikian, definisi kualitas yang diterima secara umum mencakup elemen-elemen berikut: 1)mempertemukan harapan pelanggan (customer), 2) menyangkut aspek produk, servis, orang, proses dan lingkungan, dan 3) kriteria yang selalu berkembang yang berarti bahwa sebuah produk sekarang termasuk berkualitas, tetapi di lain waktu mungkin tidak lagi berkualitas. Jadi, kualitas adalah sesuatu yang dinamis yang selalu diasosiasikan dengan produk, servis, orang, proses, dan lingkungan.
Menurut Edward Sallis, kualitas itu memang sesuatu yang tarik menarik antara sebagai konsep yang absolut dan relatif. Namun, ia menegaskan bahwa kualitas sekarang ini lebih digunakan sebagai konsep yang absolut. Karena itu, kualitas mempunyai kesamaan arti dengan kebaikan, keindahan, dan kebenaran; atau keserasian yang tidak ada kompromi. Standar kualitas itu meliputi dua, yaitu; kualitas yang didasarkan pada standar produk/jasa; dan kualitas yang didasarkan pada pelanggan (customer). Kualitas yang didasarkan pada produk/jasa, memiliki beberapa kualifikasi: 1) sesuai dengan spesifikasi, 2) sesuai dengan maksud dan kegunaannya, 3) tidak salah atau cacat, dan 4) benar pada saat awal dan selamanya. Sementara itu, kualitas yang didasarkan pada customer, mempunyai kualifikasi; 1) memuaskan pelanggan (costomer satisfaction), 2) melebihi harapan pelanggan, dan 3) mencerahkan pelanggan .
Prinsipnya, tiga guru kualitas, yaitu Philip Crosby, Edward Deming dan Joseph Juran menyatakan bahwa komitmen yang harus dibangun dalam setiap diri terhadap kualitas adalah pemahaman bahwa : Pertama, kualitas merupakan kunci ke arah program yang berhasil. Kurang perhatian terhadap kualitas akan mengakibatkan kegagalan dalam jangka panjang. Kedua, perbaikan-perbaikan kualitas menuntut komitmen menajemen sepernuhnya untuk dapat berhasil. Komitmen kepada kualitas ini harus terus-menerus. Ketiga, perbaikan kualitas adalah kerja keras. Tidak ada jalan pintas atau perbaikan cepat. Menuntut perbaikan budaya bagi organisasi secara keseluruhan. Keempat, perbaikan kualitas menuntut banyak pelatihan. Kelima, perbaikan kualitas menuntut keterlibatan semua karyawan secara aktif, dan komitmen mutlak dari manajemen senior .
Menurut Crosby, kemutlakan bagi kualitas adalah: 1) kualitas harus disesuaian sebagai kesesuaian terhadap kebutuhan-kebutuhan, bukan sebagai kebaikan, juga bukan keistimewaan, 2) sistem untuk menghasilkan kualitas adalah pencegahan bukan penilaian, 3) standar kerja harus tanpa cacat, bukan “cukup mendekati tanpa cacat”, 4) pengukuran kualitas merupakan harga ketidaksesuaian, bukan pedoman. Karena itu, menurut tokoh yang sangat terkemuka dengan gagasan kualitas ini, bahwa manajemen adalah penyebab setidak-tidaknya 80 % masalah-masalah kualitas di dalam organisasi. Karena itu, satu-satunya jalan memperbaikinya adalah melalui kepemimpinan manajemen.
Crosby memberikan “vaksin kualitas” (Quality vaccine), yaitu: 1) Tujuan: manajemen merupakan satu-satunya alat yang akan mengubah citra organisasi, 2) pendidikan: membantu semua komponen organisasi mengembangkan satu pengertian umum tentang kualitas dan memahami peran mereka masing-masing di dalam proses perbaikan kualitas, 3) penerapan: membimbing dan mengarahkan program perbaikan .
B. Kualitas Terpadu (Total Quality)
Tidak berbeda dengan definisi kualitas, bahwa definisi kualitas terpadu (total) juga memiliki pengertian yang bermacam-macam. Menurut Departemen Pertahanan Amerika, kualitas terpadu itu mencakup aktivitas perbaikan secara terus menerus yang melibatkan semua orang di dalam organisasi, baik manajer maupun semua staf-stafnya dalam berusaha secara terintegrasi mencapai kinerja yang terus meningkat pada setiap tingkatan.
Jadi, kualitas terpadu pada dasarnya adalah sebuah pendekatan untuk melakukan sesuatu yang berusaha untuk memaksimalkan keunggulan kompetitif organisasi melalui perbaikan terus menerus dalam hal produk, servis, orang, proses dan lingkungannya. Secara sistematis, kualitas total memiliki karakteristik sebagai berikut : 1) dasar-dasar yang strategis, 2) fokus pada pelanggan (internal dan eksternal), 3) obsesi dengan kualitas, 4) pendekatan ilmiah dalam pengambilan keputusan dan memecahkan masalah, 5) komitmen jangka panjang, 6) kerja tim, 7) perbaikan proses secara kontinyu, pendidikan dan pelatihan, 9) kebebasan yang terkontrol, 10) kesatuan tujuan, dan 11) pelibatan dan pemberdayaan tenaga.

C. Total Quality Management (TQM)
Pengertian kulitas terpadu seperti di atas, memberikan kerangka yang jelas bahwa hakekat Total Quality Management (TQM) atau manajemen kualitas terpadu sebenarnya adalah filosofi dan budaya (kerja) organisasi (phylosopy of management) yang berorentasi pada kualitas. Tujuan yang akan dicapai dalam organisasi dengan budaya TQM adalah memenuhi atau bahkan melebihi apa yang dibutuhkan (needs) dan yang diharapkan atau diinginkan (desire) oleh pelanggan.
Dengan demikian, TQM dapat diartikan sebagai pengelolaan kualitas semua komponen (stakehorder) yang berkepentingan dengan visi dan misi organisasi. Jadi, pada dasarnya TQM itu bukanlah pembebanan ataupun pemeriksaan. Tetapi, TQM adalah lebih dari usaha untuk melakukan sesuatu yang benar setiap waktu, daripada melakukan pemeriksaan (cheking) pada waktu tertentu ketika terjadi kesalahan. TQM bukan bekerja untuk agenda orang lain, walaupun agenda itu dikhususkan untuk pelanggan (customer) dan klien. Demikian juga, TQM bukan sesuatu yang diperuntukkan bagi menajer senior dan kemudian melewatkan tujuan yang telah dirumuskan .
“Total” dalam TQM adalah pelibatan semua komponen organisasi yang berlangsung secara terus-menerus. Sementara “manajemen” di dalam TQM berarti pengelolaan setiap orang yang berada di dalam organisasi, apapun status, posisi atau perannya. Mereka semua adalah manajer dari tanggung jawab yang dimilikinya.
Senada dengan pengertian ini, Lesley dan Malcolm menyatakan bahwa dalam TQM, maka semua fungsionaris organisasi, tanpa kecuali dituntut memiliki tiga kemampuan, yaitu : Pertama, mengerjakan hal-hal yang benar. Ini berarti bahwa hanya kegiatan yang menunjang bisnis demi memuaskan kebutuhan pelanggan yang dapat diterima. Kegiatan yang tidak perlu maka jangan dilanjutkan lagi. Kedua, mengerjakan hal-hal dengan benar. Ini berarti bahwa semua kegiatan harus dijalankan dengan benar, sehingga hasil kegiatan tersebut sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Ketiga, mengerjakan hal-hal dengan benar sejak pertama kali setiap waktu. Hal ini dilandasi dengan dasar pemikiran untuk mencegah kesalahan yang timbul. Prinsipnya, menurut Lesley dan Malcolm, TQM itu merupakan suatu pendekatan sistematis terhadap perencanaan dan manajemen aktivitas, yang memiliki motto: Do the right think, first time, every time, yaitu “kerjakan sesuatu yang benar dengan benar, sejak pertama kali, setiap waktu”
Goetsch dan Davis memberikan beberapa karakteristik manajemen kualitas : 1) komitmen total pada peningkatan nilai secara kontinyu terhadap customer, investor dan tenaga (staf), 2) lembaga memahami dorongan pasar yang mengartikan kualitas bukan atas dasar kepentingan organisasi tetapi kepentingan customer, dan 3) komitmen untuk memimpin orang dengan perbaikan dan komunikasi terus-menerus.
Fandy Ciptono dan Anastasia menjelaskan bahwa prinsip dan unsur pokok dalam TQM, sebagai berikut :
Pertama, kepuasan pelanggan. Kualitas tidak hanya bermakna kesesuaian dengan spesifikasi-spesifikasi tertentu, tetapi kualitas itu ditentukan oleh pelanggan (internal maupun eksternal). Kepuasan pelanggan harus dipenuhi dalam segala aspek, termasuk harga, keamanan, dan ketepatan waktu.
Kedua, respek terhadap setiap orang. Setiap karyawan dipandang sebagai individu yang memiliki talenta dan kreatifitas tersendiri yang unik. Dengan begitu, setiap karyawan dipandang sebagai sumber daya organisasi yang paling bernilai. Karena itu, setiap karyawan dalam organisasi diperlakukan secara baik dan diberi kesempatan untuk mengembangkan diri, berbartisipasi dalam tim pengambilan keputusan.
Ketiga, manajemen berdasarkan fakta. Organisasi berorientasi pada fakta. Artinya bahwa setiap keputusan organisasi harus didasarkan pada data, bukan pada perasaan (feeling). Dua konsep pokok berkait dengan fakta; 1) prioritisasi (prioritization), yaitu konsep bahwa perbaikan tidak dapat dilakaukan pada semua aspek pada saat yang bersamaan, mengingat keterbatasan sumber daya yang ada. Dengan demikian, dengan menggunakan data, maka manajemen dan tim dapat memfokuskan usahanya pada situasi tertentu yang vital. 2) variasi (variation), atau variabilitas kinerja manusia. Data dapat memberikan gambaran mengenai variabilitas yang merupakan bagian yang wajar dari setiap system organisasi. Dengan demikian manajemen dapat memprediksi hasil dari setiap keputusan dan tindakan yang dilakukan.
Keempat, perbaikan berkesinambungan.Perbaikan berkesinambungan merupakan hal yang penting bagi setiap lembaga. Konsep yang berlaku di sini adalah siklus PDCA (plan, do, check, act).

III. Konsep TQM dalam Industri dan Perdagangan
Amerika Serikat pernah menikmati situasi dimana standart hidupnya paling tinggi di dunia untuk jangka waktu 100 tahun. Mereka pernah menjadi pelopor dan pemimpin dalam perkembangan factor-faktor pendorong utama bagi peningkatan standar hidup, yaitu dalam perbaikan produktivitas, pertumbuhan, dan inovasi. Kemampuan pemanufakturan Amerika saat itu mampu memberikan basis ekonomi yang memungkinkan membangun masyarakat yang berstandar hidup terbaik di dunia. Akan tetapi sejak tahun 1980-an terjadi perubahan besar.
Amerika mulai kehilangan pasarnya, produktifitasnya tertinggal dari Jepang, tingkat pengangurannya meningkat dalam sektor manufaktur, dan posisi kompetitifnya semakin terkikis dalam pasar global. Semua ini merupakan gejala dari penurunan sektor industri Amerika. (Tjiptono dan Anastasia, 2003:8)
Pada mulanya Jepang hanya dalam mempromosikan produk di pasar global hanya mengandalkan harga murah atau pada aspek biaya sedangkan kualitas produk belum terlihat. Beberapa decade kemudian perusahaan- perusahaan Jepang menyadari bahwa kunci sukses di masa mendatang adalah kualitas. Oleh karena itu, Jepang sangat menaruh perhatian terhadap kualitas.
Berbagaikan upaya perbaikan dilakukan Jepang, misalnya mengirimkan tim khusus ke luar negeri untuk mempelajari pendekatan-pendekatan yang dilakukan perusahaan asing dan menerjemahkan literature asing yang terseleksi kedalam bahasa Jepang, mengundang dosen-dosen asing untuk dating ke Jepang dan memberikan kursus pelatihan kepada para manajernya. Jepang akhirnya menemukan strategi untuk menemukan revolusi dalam kualitas. Beberapa diantaranya adalah :
1. para manager tingkat atas secara personal mengambil alih pimpinan revolusi tersebut
2. semua level dan fungsi menjalani pelatihan untuk mengelola kualitas
3. perbaikan kualitas dilakukan dengan revolusioner dan terus-menerus
4. tenaga kerja dilibatkan dalam perbaikan kualitas melalui konsep pengendalian kualitas (Quality control)

Berkat usaha-usaha tersebut, maka pada pertengahan 1970-an kualitas barang-barang manufaktur Jepang, seperti mobil dan produk elektronika melampaui kualitas yang dihasilakan para pesaingnya dari Barat.
Dasar pemikiran perlunya TQM sangatlah sederhana, yakni bahwa cara terbaik agar dapat bersaing dan unggul dalam persaingan global adalah dengan menghasilkan kualitas yang terbaik. Untuk menghasilkan kualitas terbaik diperlukan upaya perbaikan bekesinambungan terhadap kemampuan manusia, proses, dan lingkungan. Cara terba agar dapat memperbaiki kemampuan komponen-komponen tersebut secara berkesinambungan adalah dengan menerapkan TQM.
Penerapan TQM dalam suatu perusahaan dapat memberikan beberapa manfaat utama yang pada ggilirannya meningkatkan laba serta daya saing perusahaan yang bersangkutan. Dengan melakukan perbaikan kualitas secara terus-menerus maka perusahaan dapat meningkatkan labanya melalui dua rute. Pertama rute pasar, dalam hal ini perusahaan dapat memperbaiki posisi persaingannya sehingga pangsa pasarnya semakin besar dan harga jualnya dapat lebih tinggi. Kedua perusahaan dapat meningkatkan output yang bebas dari kerusakan melalui upaya perbaikan kualitas.
Dalam buku” Managing Quality”, Garvin (dalam Bounds, et al 1994; Lovelock, 1994; Tjipto dan Anastasia 2003: 28) mengungkapkan bahwa kualitas sebagai suatu konsep sudah lama dikenal, tetapi kemunculannya sebagai fungsi manajemen baru terjadi akhir-akhir ini. Ia membagi pendekatan modern terhadap kualitas kedalam empat era kualitas, yaitu inspeksi (pendekatan untuk mengukur kualitas produk berdasarkan kinerja sesungguhnya), pengendalian kualitas statistical, jaminan kualitas, dan manajemen kualitas strategic.
Ada beberapa konsep TQM dalam industri dan perdagangan yang dikembangkan oleh beberapa ahli diantaranya :
1. Total Qualiti Control (TQC) yang dikemukakan pada tahun 1956 oleh Armand Feigenbaum. Ia berpendapat bahwa pengendalian harus dimulai dari perancangan produk dan berakhir hanya jika produk telah sampai ke tangan pelanggan yang puas.
2. Reliability engineering, muncul pada tahun 1950-an yang di dorong oleh kebutuhan Angkatan Bersenjata Amerika untuk memiliki peralatan elektronik dan senjata udara yang dapat diandalkan, bekerja dengan baik, menghindari kebutuhan untuk penggantian suku cadang yang mahal.
3. Zero defects, pertama kali dikemukakan oleh Martin Company pada tahun 1961-1962. konsep ini timbul karena kebutuhan pelanggan militer akan produk yang tidak hanya bekerja baik saat pertama kali, tetapi juga diserahkan tepat waktu. Konsep Zero defects lebih dipusatkan pada harapan manajemen dan hubungan antar pribadi daripada keterampilan rekayasa.
4. konsep teori Y dan Scanlon Plan, konsep ini mendorong manajer untuk menawarkan wewenang yang lebih besar kepada karyawan.

IV. Nilai-Nilai Kepemimpinan Pendidikan Tinggi di Indonesia
Kepemimpinan adalah unsur penting dalam TQM. Pemimpin harus memiliki visi dan mampu menerjemahkan visi tersebut kedalam kebijakan yang jelas dan tujuan yang spesifik (Edwar Salis, 2008:189)
Mutu terpadu merupakan sebuah gairah dan pandangan hidup bagi organisasi yang menerapkannya. Pertanyaannya adalah bagaimana membangkitkan keinginan dan hasrat untuk meningkatkan mutu pendidikan. Peters dan Austin pernah meneliti karakteristik tersebut dalam bukunya A Passion for Excellence. Penelitian tersebut meyakinkan mereka bahwa yang menetukan mutu dalam sebuah institusi adalah kepemimpinan. Mereka perpendapat bahwa gaya kepemimpinan tertentu dapat mengantarkan institusi pada revolusi mutu, gaya tersebut mereka namakan MBWA (Management by Walking About) atau manajemen dengan melaksanakan.
Peter dan Austin memberi pertimbangan spesifik pada kepemimpinan pendidikan yaitu dengan menekankan pentingnya pemimpin yang unggul dalam mencapai mutu. Mereka memandang bahwa pemimpin pendidikan membutuhkan perspektif-perspektif berikut ini:
1. Visi dan symbol-simbol. Kepala sekolah harus mengkomunikasikan nilai-nilai institusi kepada para staf, para pelajar dan kepada komunitas yang lebih luas
2. MBWA (Management by Walking About) adalah gaya kpemimpinan yang dibutuhkan oleh sebuah institusi
3. Untuk para pelajar, istilah ini sama dengan dekat degan pelanggan dalam pendidikan. Ini memastikan bahwa institusi memiliki focus yang jelas terhadap pelanggan utamanya
4. Otonomi, eksprimentasi dan antisipasi terhadap kegagalan. Pemimpin pendidikan harus melakukan inovasi diantara staf-stafnya dan besiap-siap mengantisipasi kegagalan yang mengiringi inovasi tersebut
5. Menciptakan rasa kekeluargaan. Pemimpin harus menciptakan rasa kekeluargaan diantara para pelajar, orang tua, guru, dan staf institusi
6. Ketulusan, kesabaran, semangat, intensitas, dan antusiasme. Sifat-siat tersebut merupakan mutu personal esensial yang dibutuhkan pemimpin lembaga pendidikan.

Sebagaimana yang ditekankan oleh para pakar diatas, bahwa komitmen mutu harus menjadi peran utama bagi seorang pemimpin, karena TQM adalah proses dari atas ke-bawa (top-down), dimana para pemimpin harus mampu mengorganisasikan serta menghendel bawahannya untuk mengembangkan mutu serta kualitas sehingga dapat memberikan yang terbaik bagi pelanggan, dalam hal ini peserta didik sebagai subyek.
Di Indonesia, nilai-nilai kepemimpinan baik pada institusi pendidikan maupun pada institusi-institusi pemerintahan lainnya belum terlihat kerja sama yang baik antara pemimpin dengan staf. Hal ini dikarenakan para pemimpin tidak dapat mengajak para stafnya untuk bekerjasama dalam mengembangkan mutu serta kualitas pelayanan karena pada dasarnya fungsi pemimpin adalah mempertinggi mutu dan mendukung para staf yang menjalankan roda mutu tersebut.
Dengan demikian nilai kepemimpinan pendidikan di Indonesia baik pada pendidikan tinggi maupun pendidikan pada umunya masih sangat jauh dengan penidikan di Eropa maupun di Asia. Hal ini kita lihat dengan rendahnya mutu pendidikan di Indonesia di banding Negara-negara lain di Asia.
V. TQM dan Manajemen Pendidikan Tinggi di Indonesia
TQM adalah konsep manajemen yang mampu menyesuaikan diri dengan baik dalam filosofi umum, meskipun memang masih kurang dipraktekkan dalam dunia pendidikan karena memang tergolong baru. Sedangkan manajemen adalah upaya efektif dan efisiensi dengan mengeluarkan dana yang sedikit untuk mendapatkan penghasilan yang besar, dalam dunia pendidikan manajemen diartikan sebagai upaya pengorganisasian institusi pendidikan untuk mampu memberikan pelayanan yang baik dan berkualitas dimana pelanggan atau peserta didik dapat menikmati dengan nilai materi yang terjangkau.
TQM dan manajemen merupakan satu kesatuan yang tidak bisa terpisahkan, karena kalau kita membicarakan mutu kualitas total tentu didalamnya ada peran manajemen sebagai upaya pengimplementasian daripada TQM tersebut.
Institusi yang efektif membutuhkan strategi-strategi yang bertujuan dan kuat agar mampu meraih hasil yang kompetitif, institusi memerlukan proses untuk mengembangkan strategi mutunya, yang mencakup:
a. Visi dan Misi yang jelas dan distingtif;
b. Focus pelanggan yang jelas;
c. Keterlibatan seluruh pelanggan, baik internal maupun eksternal dalam mengembangkan strategi;
d. Pemberdayaan staf dengan cara menghilangkan kendala dan membantu mereka dalam memberi kontribusi maksimum pada institusi melalui pengembangan kelompok kerja yang efektif;
e. Penilaian dan evaluasi efektifitas institusi dalam mencapai tujuan yang berhubungan dengan pelanggan.
Dalam intitusi pendidikan maupun perusahaan-perusahaan, beberapa langkah-langkah penting dan sederhana dan dapat diikuti dalam mengembangkan mutunya yaitu:
1. kepemimpinan dan komitmen terhadap mutu harus dating dari atas. Seluruh tokoh mutu menekankan bahwa tanpa dukungan dari manajemen senior, maka sebuah inisiatif mutu tidak akan bertahan lama.
2. mengembirakan pelanggan adalah tujuan TQM. Hal ini dapat dicapai dengan usaha yang terus-menerus untuk memenuhi kebutuhan pelanggan baik eksternal maupun internal
3. menunjuk fasilitator mutu sebagai pengendali mutu dalam mengembangkan program mutu serta mempublikasikan mutu
4. membentuk kelompok pengendali mutu. Perannya adalah untuk mengarahkan dan mendorong proses peningkatan mutu, mengembangkan ide sekaligus sebagai inisiator proyek
5. menunjuk coordinator mutu. Perannya adalah untuk membantu dan membimbing tim dalam menemukan cara baru dalam menengani dan memecahkan masalah
6. mengadakan seminar manajemen senior untuk mengevaluasi program
7. menganalisa dan mendiagnosa situasi yang ada, dalam hal ini institusi perlu menjelaskan arah dan tujuan yang ingin dicapai
8. menggunakan contoh-ontoh yang sudah berkembang ditempat lain
9. mempekerjakan konsultan eksternal
10. memprakarsai pelatihan mutu bagi para staf
11. mengkomunikasikan pesan mutu
12. mengukur biaya mutu
13. mengaplikasikan alat dan teknik mutu melalui pengembangan kelomok kerja yang efektif, dan
14. mengevaluasi program dalam interval yang teratur

Beberapa hal di atas harus menjadi perhatian serius dalam memanajemen pendidikan tinggi di Indonesia agar pencapaian mutu dapat terealisasikan sehingga tercipta sebuah institusi yang unggul baik internal yang berkaitan dengan penataan, pelayanan, serta komplektisitas yang dibutuhkan maupun ekternal yang berkaitan dengan outputnya dan kepuasan pelanggan atau pengguna jasa.

VI. Contoh Aplikasi TQM di Beberapa Lembaga Pendidikan Tinggi Indonesia
Di beberapa pendidikan tinggi di Indonesia sedang berusaha mengembangan TQM. Hal ini dilakukan dengan cara menata system organisasi dengan baik serta memahami kebutuhan peserta didik dalam jangka panjang. Sebagai contoh aplikasi dari pada TQM tersebut adalah pada saat proses belajar mengajar, dimana guru maupun dosen menggunakan Laptop, LCD, selain itu di masing-masing ruangan di berikan kamera peninjau sehingga dengan mudah dapat diketahui bagaimana proses berlangsung. Dalam lingkungan internal lainnya adalah sekolah maupun pendidikan tinggi menciptakan berbagai macam kebutuhan fasilitas seperti gedung yang memadai, guru/dosen yang kompeten, penataan organisasi yang moderen, serta disediakannya infrastruktur pendukung seperti lapangan olahraga, tempat khusus kegiatan siswa/mahasiswa, dan sarana prasarana yang mendukung.
VII. Implikasi TQM dalam Meningkatkan Pendidikan
Insitusi yang efektif memerlukan strategi yang kuat dan maksud tertentu untuk menghadapi suasana kompetitif dan orientasi di masa depan. Untuk menjadi efektif di dalam masa sekarang, intitusi memerlukan proses pengembangan strategi kualitas, antara lain ; 1) misi yang jelas dan tertentu, 2) menfokuskan kustomer secara jelas, 3) strategi untuk pencapaian misi, 4) pelibatan semua kustomer, baik internal maupun eksternal, di dalam pengembangan strategi, 5) penguatan staff dengan menggerakkan penghalang dan bantuan untukmembuat konstribusi maksimal terhadap institusi melalui pengembangan kelompok kerja yang efektif, 6) penilaian dan evaluasi keefektifan insitusi menghadapi tujuan yang diharapkan oleh kustomer.
Untuk memulai mengimplementasikan manajemen kualitas total adalah sebuah tugas yang sulit. Terdapat sejumlah langkah yang simple dan penting untuk mengimplementasikan TQM dalam pendidikan, yaitu sebagai berikut :
1. Kepemimpinan dan komitmen terhadap kualitas harus datang dari atas “Hukum besi” dari kualitas. Semua model kualitas menekankan bahwa tanpa dorongan dari manajer senior inisiatif kualitas tidak akan berlangsung lama. Pendidikan tidak terkecuali berlaku juga hukum besi. Pimpinan sekolah harus menunjukkan komitmen yang kuat dan terus-menerus dan memimpin jalan sambil mendorong kepala sekolah, wakil kepela sekolah dan supervisor lain untuk melakukan usaha secara serius.
2. Menyenangkan kustomer Ini dicapai dengan kerja keras secara kontinyu untuk memenuhi kebutuhan dan harapan kustomer. Kebutuhan kustomer diditentukan oleh pencarian secara reguler pandangan mereka. Terdapat bermacam-macam metode dari pekerjaan ini, seperti – memfokuskan kelompok, kuesioner, kelompok penasehat, hari yangterbuka dan percakapan informal dengan orang-orang.
3. Menunjuk fasilitator berkualitas. Pengabaian terhadap posisi aktual dari seseorang di dalam hirarkhi adalah penting bahwa fasilitator yang ditunjuk harus melaporkan secara langsung kepada kepala sekolah. Ini adalah pertangung jawaban dari fasilitator untuk mempublikasikan program dan mengarahkan kelompok pengarah yang berkualitas di dalam pengembangan program yang berkualitas.
4. Membentuk kelompok pengarah yang berkualitas. Kelompok ini harus mewakili kepentingan dan harus memiliki perwakilan dari tim nanajer senior. Peranannya adalah untuk mendorong dan membantu proses perbaikan kualitas. Baik sebagai pusat gagasan ataupun inisiator proyek.
5. Mengangkat koordinator yang berkualitas Ini berguna di dalam banyak inisiatif untuk memiliki orang-orang yang punya waktu untuk melatih dan penasehat orang lain.
6. Mengadakan seminar manajemen senior untuk mengevaluasi perkembangan. Tim manajemen senior tidak akan komit terhadap proses kalau mereka mengatakan dengan baik tentang filsafat dan metode. Ini penting untuk membangun tim manajemen senior yang sehat dan teritegrasi secara baik.
7. Menganalisa dan mendiagnosis situasi terkini, hal ini penting dan tidak harus disepelekan karena memberikan arah dari proses secara keseluruhan. Semua institusi perlu menjadi jelas kemana mereka akan berjalan.
8. Menggunakan model di tempat lain yang telah berkembang ini dapat diadaptasi dari pekerjaan dari seorang “guru” berkualitas, model pendidikan secara khusus, atau satu perusahaan lokal yang bisa diadaptasi.
9. Menempatkan konsultan eksternal, ini mulai sangat popular pada perusahaan industri, khususnya yang menerapkan BS5750 atau ISO9000.
10. Memulai training staf tentang kualitas pengembangan staf dapat dilihat sebagai jalan penting untuk membangun kesadaran dan pengetahuan yang berkualitas. Hal ini dapat menjadi kunci agen perubahan strategis untuk pengembangan budaya berkualitas. Ini juga penting di dalam tahap awal implementasi bahwa setiap orang dilatih di dalam dasar-dasar TQM. Staf perlu pengetahuan banyak mengenai alat-alat kunci termasuk pembentukan teamwork, metode evaluasi, problem solving dan teknik pemecahan masalah.
11. Mengkomunikasikan pesan-pesan kualitas,strategi, relevansi dan kegunaan dari TQM perlu terkomunikasikan secara efektif. Terdapat banyak sekali kesalahpahaman seputar tujuan dari kualitas. Sifat alamiah jangka panjang dari program perlu dibuat jelas. Pengembangan staf, training dan pembangunan tim adalah beberapa dari jalan efektif untuk mencapai tujuan organisasi.
12. Menerapkan peralatan dan teknik berkualitas melalui pengembangan kelompok kerja secara efektif. Pendekatan ini memfokuskan pada upaya mendapatkan sesuatu yang dilakukan untuk mencapai kesuksesan sejak awal. Ini memfokuskan pada sesuatu bahwa institusi mengetahui harus melakukan perbaikan, dan menyeleksi alat-alat yang benar untuk mengontrolnya. Memulai proses TQM dengan menangani pokok problem dengan menghindari kelumpuhan TQM. Tatkala menata tim aksi perbaikan atau kelompok tugas adalah penting untuk mengenal bahwa banyak isu dapat hanya dikontrol dengan tim perbaikan lintas organisasi.
13. Mengevaluasi program secara regular. Program TQM yang keluar dari inti TQM atau menjadi keluar rel. Pandangan dan evaluasi reguler perlu menjadi bagian integral dari program. Kelompok pengarah harus menangani pandangan per semester dan tim manajemen senior harus mempertimbangkan laporan mereka dan melakukan monitoring.
Persyaratan Implementasi TQM
Untukmelakukan suatu perubahan seringkali tidak mudah, apalagi bila mangkut perubahan yang besifat fundamental dan menydluruh. Biasanya setiap perubahan pasti menghadapi penolakan. Berkaitan dengan perubahan tersebut, ada beberapa hal yang perlu diperhaiakn, yaitu:
a. Perubahan sulit berhasil bila manajemen puncak tidak menginformasikan proses perubahan secara terus-menerus kepada para karyawanya.
b. Persepsi karyawan atau interpretasinya terhadap perubahan. Karyawan akan mendukung perubahan bila mereka merasa bahwa manfaat dari perubahan akan lebih besar daripada biaya yang ditimbulkan (terutama personal cost).
Guna mengatasi dua hal diatas, maka seorang manajer sangat diharapkan untuk memberikan sebanyak mungkin informasi mengenai setiap perubahan kepada para karyawannya, menyapaikan alasan atau dasar pemikiran perlunya dilakukan perubahan, melakukan pertemuan tertentu dengan karyawan untuk membahas setiap perubahan dan kemungkinan pengaruhnya terhadap mereka.
Ada beberapa persyaratan untuk melaksanakan TQM diantaranya: Komitmen dari manajemen puncak, adanya steering committee dari seluruh organisasi, perencanaan dan publikasi, dan pembentukan infrastruktur yang mendukung penyebarluasan dan perbaikan secara berkesinambungan.

1 komentar:

holy mengatakan...

artikel bagus tentang TQM.. sangat informatif